Oleh:
* Kh. Dr. Muhammad Sontang Sihotang, S.Si., M.Si. (Kepala Laboratorium Fisika Nuklir, Universitas Sumatera Utara (USU) – Medan, Wartawan Dayak News)
* Habib Rais Ridjà ly Bin Thà hir (Pimpinan & Mursyid Majlis Al-Abrar Indonesia, Thariqat Musthafà wiyyah – Bekasi, Jawa Barat)
* Dr. H. Ahmad Baqi Arifin, SH, MH, CPM, CPhM (Pimpinan Alkah Baitul Jaafar Rumah Suluk, Jalan Sedayu II Hamparan Perak Deli Serdang)
* Budi Handoyo, SH., MH (Dosen Program Studi Hukum Tata Negara STAIN Teungku Dirundeng – Meulaboh)
Abstrak
Artikel ini mengkaji hubungan antara riset, inovasi, dan spiritualitas, dengan fokus pada konsep-konsep tauhid dalam tasawuf yang berhubungan dengan metafisika, seperti God Partikel, Wahdatul Wujud, dan Insan Kamil. Dalam tradisi Islam, pencarian ilmu tidak hanya terbatas pada dunia material, tetapi juga sebagai upaya memahami hakikat keberadaan melalui pengalaman spiritual. Konsep God Partikel yang ditemukan dalam fisika modern dianggap sejalan dengan pencarian esensi alam semesta dalam tasawuf, yang mengajarkan bahwa seluruh ciptaan adalah refleksi dari wujud Alloooh. Wahdatul Wujud, yang menyatakan kesatuan antara makhluk dan Alloooh, serta Insan Kamil sebagai manusia yang mencapai kesempurnaan spiritual, diintegrasikan dalam perspektif riset ilmiah untuk membangun pemahaman yang lebih holistik. Artikel ini menyarankan bahwa riset dan inovasi dalam sains dan teknologi harus melibatkan dimensi metafisik dan spiritual agar sejalan dengan tujuan hakiki kehidupan. Dalam konteks ini, riset bukan hanya sekadar pencarian pengetahuan fisik, tetapi juga pencapaian pemahaman lebih dalam tentang hubungan antara manusia, alam, dan Alloooh.
Kata kunci : Riset dan Inovasi, Tauhid Tasawuf, Metafisika, God Partikel, Wahdatul Wujud, Insan Kamil, Ilmu Pengetahuan.
Pendahuluan
Dalam perjalanan ilmu pengetahuan dan spiritualitas, riset dan inovasi tidak hanya berperan dalam kemajuan teknologi tetapi juga menjadi sarana eksplorasi aspek metafisika. Dalam tradisi Islam, khususnya dalam ranah tasawuf, pencarian ilmu sering dikaitkan dengan konsep tauhid yang lebih dalam. Dari perspektif ini, riset dan inovasi dapat dianggap sebagai pencarian hakikat keberadaan yang lebih tinggi, menuju pemahaman yang lebih mendalam tentang God Partikel, Wahdatul Wujud, dan konsep Insan Kamil. Artikel ini bertujuan untuk menjelaskan bagaimana ayat-ayat riset dan inovasi berhubungan dengan tingkat tauhid tasawuf serta implikasinya dalam metafisika.
Riset dan Inovasi dalam Islam
Dalam Islam, konsep pencarian ilmu dan inovasi memiliki dasar yang kuat. Ayat pertama yang turun dalam Al-Qur’an, yaitu Iqra' (Bacalah!) (QS. Al-'Alaq: 1), menjadi landasan utama bahwa manusia diperintahkan untuk meneliti dan memahami fenomena di sekitarnya.
Para ulama tasawuf menafsirkan pencarian ilmu bukan hanya terbatas pada dunia material, tetapi juga dalam upaya memahami hakikat keberadaan. Ibnu Arabi (1165-1240) dalam Fusus al-Hikam menekankan bahwa ilmu hakiki adalah ilmu yang mengantarkan seseorang pada kesadaran akan Wahdatul Wujud, yaitu kesatuan wujud antara makhluk dan Sang Pencipta (Arabi, 1999).
Tauhid Tasawuf dan Metafisika God Partikel
Tauhid dalam Islam tidak hanya dimaknai sebagai keesaan Tuhan secara konsep teologis, tetapi juga dalam dimensi tasawuf, yaitu pengalaman spiritual yang membawa manusia kepada kesadaran akan keberadaan Tuhan dalam setiap aspek kehidupan.
Dalam perspektif fisika modern, konsep God Partikel atau Higgs Boson yang ditemukan dalam penelitian CERN (2012) dapat dipahami sebagai bentuk pencarian manusia terhadap hakikat keberadaan dasar di alam semesta (Feynman, 2011). Dalam tasawuf, konsep ini beririsan dengan gagasan bahwa di balik realitas material, terdapat esensi metafisik yang menjadi sumber segala keberadaan (Nasr, 1989).
Wahdatul Wujud dan Insan Kamil dalam Riset
Ibnu Arabi menjelaskan bahwa pencarian ilmu sejati membawa seseorang kepada Wahdatul Wujud, yaitu kesadaran bahwa seluruh alam semesta hanyalah refleksi dari keberadaan Ilahi. Dalam konteks riset dan inovasi, pencapaian ilmu yang lebih tinggi seharusnya tidak hanya bertujuan untuk kepentingan duniawi, tetapi juga sebagai bentuk pengenalan terhadap hakikat Tuhan (Al-Jili, 1995).
Konsep Insan Kamil (Manusia Paripurna) yang dikembangkan oleh Abdul Karim Al-Jili (1366-1424) menyatakan bahwa manusia yang mencapai puncak kesempurnaan spiritual akan menyadari bahwa dirinya adalah manifestasi dari nama-nama dan sifat Tuhan (Al-Jili, 1995). Oleh karena itu, dalam paradigma ilmiah modern, riset tidak hanya bertujuan untuk kemajuan teknologi, tetapi juga untuk memahami keterkaitan antara ilmu pengetahuan dan hakikat keberadaan.
Integrasi Sains dan Spiritualitas
Integrasi antara sains dan spiritualitas dalam riset dan inovasi dapat memperkaya pemahaman manusia tentang alam semesta dan dirinya sendiri. Dalam era teknologi kuantum dan eksplorasi partikel subatomik, semakin banyak ilmuwan yang mulai menyadari bahwa realitas tidak hanya terbatas pada dimensi fisik, tetapi juga memiliki aspek metafisik yang mendalam (Capra, 1975).
Menurut Nasr (1989), ilmu pengetahuan modern yang kehilangan aspek spiritualitas hanya akan menghasilkan teknologi yang materialistik dan mengabaikan tujuan hakiki manusia. Oleh karena itu, paradigma riset dan inovasi harus diarahkan pada pemahaman yang lebih holistik, yaitu mencakup aspek fisik dan metafisik.
Kesimpulan
Ayat-ayat riset dan inovasi dalam Islam bukan hanya berfungsi sebagai landasan eksplorasi ilmiah, tetapi juga sebagai jembatan menuju pemahaman yang lebih dalam tentang hakikat keberadaan. Konsep Tauhid Tasawuf, God Partikel, Wahdatul Wujud, dan Insan Kamil memberikan perspektif bahwa ilmu tidak hanya tentang eksplorasi dunia fisik, tetapi juga perjalanan menuju pemahaman spiritual yang lebih tinggi. Oleh karena itu, pengembangan riset dan inovasi harus diarahkan tidak hanya pada kemajuan teknologi, tetapi juga pada pencarian makna kehidupan yang lebih dalam.
Daftar Pustaka
Al-Jili, Abdul Karim. (1995). Al-Insan al-Kamil fi Ma’rifat al-Awakhir wal-Awail. Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah.
Arabi, Ibnu. (1999). Fusus al-Hikam. Kairo: Maktabah al-Taufiqiyyah.
Capra, Fritjof. (1975). The Tao of Physics: An Exploration of the Parallels Between Modern Physics and Eastern Mysticism. Berkeley: Shambhala.
Feynman, Richard. (2011). The Feynman Lectures on Physics. Addison-Wesley.
Nasr, Seyyed Hossein. (1989). Knowledge and the Sacred. Albany: State University of New York Press.