PORTAL MEDAN. Kisah pria bangun jembatan apung desa pakai uang sendiri ini viral di media sosial.
Pasalnya, ia berakhir didenda berkali-kali dan dipenjara dengan beberapa anggota keluarganya.
Pembangunan jembatan yang dilakukan si pria itu dianggap tidak sah.
Padahal pemerintah daerah setempat tak kunjung membangun untuk mempermudah masyarakat.
Kasus inipun menuai perdebatan sengit hingga viral.
Adapun peristiwa ini terjadi di Desa Zhenlin, di Provinsi Jilin, China Utara.
Kasus ini dialami penduduk desa bernama Huang Deyi.
Diketahui sebelum 2005, Desa Zhenlin benar-benar terputus oleh Sungai Taoer.
Penduduk setempat harus melakukan perjalanan sekitar 70 kilometer ke jembatan paling dekat.
Namun, semuanya berubah ketika Huang Deyi memutuskan untuk melakukan hal yang tidak dilakukan oleh pemerintah daerah.
Yakni membangun sebuah jembatan kecil di sungai.
Kehadiran jembatan ponton yang belum sempurna ini disambut baik oleh masyarakat.
Orang-orang dengan senang hati membayar sedikit biaya kepada Huang ketika akan melewatinya.
Menurut mereka itu jauh lebih murah.
Selain itu, lebih sedikit memakan waktu daripada berkendara sejauh 70 km ke jembatan resmi terdekat.
Huang sendiri sebelumnya bekerja mengoperasikan kapal feri kecil dari dan ke desa.
Bisnis berjalan lancar.
Pada 2014, Huang Deyi bersama dengan 17 penduduk desa lainnya memperbaiki jembatan dengan menempatkan 13 perahu logam di bawahnya.
Ini agar dapat menopang kendaraan yang lebih berat.
Tetapi, empat tahun kemudian, Otoritas Urusan Air Taonan datang mengetuk pintu.
Pihaknya memerintahkan pembongkaran jembatan dan menuduh Huang dan keluarganya mengambil untung dari jembatan tersebut secara ilegal.
Ternyata, keputusan membongkar jembatan tidak membuat Huang terbebas dari jeratan hukum.
Sebab, sebagaimana dilansir Oddity Central pada Senin (16/9/2024) dikutip dari Kompas.com, ia ditahan bersama beberapa anggota keluarganya pada 2019.
Mereka didakwa melakukan beberapa kejahatan.
Termasuk mengumpulkan total 44.000 yuan (sekitar Rp 94,5 juta) dari kendaraan yang melintasi jembatannya antara tahun 2014 dan 2018.
Investigasi selanjutnya mengungkapkan Huang telah memungut biaya lebih dari 52.000 yuan dari kendaraan sejak 2005.
Dia awalnya dijatuhi hukuman 2 tahun penjara dan 2 tahun masa percobaan.
Huang Deyi mengajukan banding atas hukuman pengadilan.
Ia mengakui jembatannya belum disetujui oleh otoritas setempat.
Akan tetapi berargumen bahwa dia hanya melakukannya untuk membantu masyarakat setempat.
Mengenai pungutan jembatan, ia mengeklaim keuntungan yang disebutnya telah digelembungkan oleh jaksa penuntut.
Mengingat, dua jembatan yang ia bangun di atas Sungai Taoer menghabiskan biaya lebih dari 130.000 yuan.
Banding pertama pengusaha tersebut ditolak oleh pengadilan pada 2021.
Tetapi ia mengajukan banding baru ke Pengadilan Rakyat Menengah Baicheng yang lebih tinggi pada Juni 2023.
Kasus tersebut saat ini sedang ditinjau, tetapi kisahnya baru-baru ini viral di China hingga memicu perdebatan sengit.
Beberapa orang merasa Huang Deyi dan keluarganya pantas mendapatkan hukuman.
Sebab, memungut biaya kepada orang-orang yang menggunakan jembatan apung yang dibangun secara ilegal.
Sedangkan warganet lain menilai dia hanya melakukan pelayanan untuk komunitasnya, mengambil tindakan saat otoritas daerah tidak mau.
“Tidak akan ada ruang bagi keluarga Huang untuk mendapatkan keuntungan jika sudah ada jembatan di sana,” komentar salah satu pengguna Weibo.
Sementara yang lain mengatakan, penduduk setempat dengan senang hati membayar tarif jembatan tersebut.
Sebab, lebih murah dan lebih cepat daripada melakukan perjalanan ke jembatan resmi terdekat.
Di sisi lain, ada juga yang mempertanyakan keamanan jembatan tersebut, menanyakan siapa yang akan bertanggung jawab jika terjadi kecelakaan.
Setelah kontroversi jembatan Huang Deyi, pihak berwenang berjanji untuk membangun jembatan di atas Sungai Taoer yang lebih dekat ke Desa Zhenlin, tetapi mereka dilaporkan belum memenuhi janji mereka.
Sementara itu kisah lainnya, siswa yang terpaksa menyeberangi jembatan putus demi bisa berangkat ke sekolah.
Siswa di Sukabumi, Jawa Barat itu bahkan rela bergelantungan demi bisa memangkas waktu.
Diketahui, jembatan putus itu berada di Sukabumi, Jawa Barat yang menghubungkan antara Kampung Cigirang, Desa Neglasari, Kecamatan Lengkong dengan Kampung Pamoyanan, Desa Bantarpanjang, Kecamatan Jampang Tengah.
Diakui oleh Ketua Badan Pemusyawaratan Desa (BPD) Neglasari, Kecamatan Lengkong, Asri Suardi jembatan itu ternyata sudah putus sejak awal Juli 2024
Asri juga menerangkan, jembatan putus tersebut akibat luapan air sungai yang menghantam jembatan penghubung dua kecamatan itu.
“Iya betul (ada jembatan putus), selain itu ada sawah, ladang yang terdampak akibat luapan air sungai,” kata Asri saat dihubungi Kompas.com via sambungan telpon, Senin (22/7/2024).
Asri melanjutkan jembatan tersebut merupakan akses yang sering digunakan para siswa untuk pergi belajar ke sekolah agama.
Sehingga mau tidak mau para siswa harus bergelantungan di jembatan tersebut untuk memangkas jarak tempuh
“Iya betul karena di desa sebelah itu ada sekolah agama, (para siswa) jadi harus bergelantungan ke sana. Kalau putar jalan perlu waktu 1,5 jam perjalanan,” ungkap Asri.
Jembatan yang di informasikan putus sejak awal Juli 2024 itu, sambung Asri, sudah di musyawarahkan atara kedua desa terdampak.
Nantinya akan di perbaiki menggunakan anggaran kedua desa.
“Kemarin sudah ada musyawarah (desa) mau udunan (patungan) untuk perbaikan jembatan penghubung Desa Neglasari dengan Desa Bantarpanjang,” ungkap Asri.
http://dlvr.it/TDX6PZ
Pasalnya, ia berakhir didenda berkali-kali dan dipenjara dengan beberapa anggota keluarganya.
Pembangunan jembatan yang dilakukan si pria itu dianggap tidak sah.
Padahal pemerintah daerah setempat tak kunjung membangun untuk mempermudah masyarakat.
Kasus inipun menuai perdebatan sengit hingga viral.
Adapun peristiwa ini terjadi di Desa Zhenlin, di Provinsi Jilin, China Utara.
Kasus ini dialami penduduk desa bernama Huang Deyi.
Diketahui sebelum 2005, Desa Zhenlin benar-benar terputus oleh Sungai Taoer.
Penduduk setempat harus melakukan perjalanan sekitar 70 kilometer ke jembatan paling dekat.
Namun, semuanya berubah ketika Huang Deyi memutuskan untuk melakukan hal yang tidak dilakukan oleh pemerintah daerah.
Yakni membangun sebuah jembatan kecil di sungai.
Kehadiran jembatan ponton yang belum sempurna ini disambut baik oleh masyarakat.
Orang-orang dengan senang hati membayar sedikit biaya kepada Huang ketika akan melewatinya.
Menurut mereka itu jauh lebih murah.
Selain itu, lebih sedikit memakan waktu daripada berkendara sejauh 70 km ke jembatan resmi terdekat.
Huang sendiri sebelumnya bekerja mengoperasikan kapal feri kecil dari dan ke desa.
Bisnis berjalan lancar.
Pada 2014, Huang Deyi bersama dengan 17 penduduk desa lainnya memperbaiki jembatan dengan menempatkan 13 perahu logam di bawahnya.
Ini agar dapat menopang kendaraan yang lebih berat.
Tetapi, empat tahun kemudian, Otoritas Urusan Air Taonan datang mengetuk pintu.
Pihaknya memerintahkan pembongkaran jembatan dan menuduh Huang dan keluarganya mengambil untung dari jembatan tersebut secara ilegal.
Ternyata, keputusan membongkar jembatan tidak membuat Huang terbebas dari jeratan hukum.
Sebab, sebagaimana dilansir Oddity Central pada Senin (16/9/2024) dikutip dari Kompas.com, ia ditahan bersama beberapa anggota keluarganya pada 2019.
Mereka didakwa melakukan beberapa kejahatan.
Termasuk mengumpulkan total 44.000 yuan (sekitar Rp 94,5 juta) dari kendaraan yang melintasi jembatannya antara tahun 2014 dan 2018.
Investigasi selanjutnya mengungkapkan Huang telah memungut biaya lebih dari 52.000 yuan dari kendaraan sejak 2005.
Dia awalnya dijatuhi hukuman 2 tahun penjara dan 2 tahun masa percobaan.
Huang Deyi mengajukan banding atas hukuman pengadilan.
Ia mengakui jembatannya belum disetujui oleh otoritas setempat.
Akan tetapi berargumen bahwa dia hanya melakukannya untuk membantu masyarakat setempat.
Mengenai pungutan jembatan, ia mengeklaim keuntungan yang disebutnya telah digelembungkan oleh jaksa penuntut.
Mengingat, dua jembatan yang ia bangun di atas Sungai Taoer menghabiskan biaya lebih dari 130.000 yuan.
Banding pertama pengusaha tersebut ditolak oleh pengadilan pada 2021.
Tetapi ia mengajukan banding baru ke Pengadilan Rakyat Menengah Baicheng yang lebih tinggi pada Juni 2023.
Kasus tersebut saat ini sedang ditinjau, tetapi kisahnya baru-baru ini viral di China hingga memicu perdebatan sengit.
Beberapa orang merasa Huang Deyi dan keluarganya pantas mendapatkan hukuman.
Sebab, memungut biaya kepada orang-orang yang menggunakan jembatan apung yang dibangun secara ilegal.
Sedangkan warganet lain menilai dia hanya melakukan pelayanan untuk komunitasnya, mengambil tindakan saat otoritas daerah tidak mau.
“Tidak akan ada ruang bagi keluarga Huang untuk mendapatkan keuntungan jika sudah ada jembatan di sana,” komentar salah satu pengguna Weibo.
Sementara yang lain mengatakan, penduduk setempat dengan senang hati membayar tarif jembatan tersebut.
Sebab, lebih murah dan lebih cepat daripada melakukan perjalanan ke jembatan resmi terdekat.
Di sisi lain, ada juga yang mempertanyakan keamanan jembatan tersebut, menanyakan siapa yang akan bertanggung jawab jika terjadi kecelakaan.
Setelah kontroversi jembatan Huang Deyi, pihak berwenang berjanji untuk membangun jembatan di atas Sungai Taoer yang lebih dekat ke Desa Zhenlin, tetapi mereka dilaporkan belum memenuhi janji mereka.
Sementara itu kisah lainnya, siswa yang terpaksa menyeberangi jembatan putus demi bisa berangkat ke sekolah.
Siswa di Sukabumi, Jawa Barat itu bahkan rela bergelantungan demi bisa memangkas waktu.
Diketahui, jembatan putus itu berada di Sukabumi, Jawa Barat yang menghubungkan antara Kampung Cigirang, Desa Neglasari, Kecamatan Lengkong dengan Kampung Pamoyanan, Desa Bantarpanjang, Kecamatan Jampang Tengah.
Diakui oleh Ketua Badan Pemusyawaratan Desa (BPD) Neglasari, Kecamatan Lengkong, Asri Suardi jembatan itu ternyata sudah putus sejak awal Juli 2024
Asri juga menerangkan, jembatan putus tersebut akibat luapan air sungai yang menghantam jembatan penghubung dua kecamatan itu.
“Iya betul (ada jembatan putus), selain itu ada sawah, ladang yang terdampak akibat luapan air sungai,” kata Asri saat dihubungi Kompas.com via sambungan telpon, Senin (22/7/2024).
Asri melanjutkan jembatan tersebut merupakan akses yang sering digunakan para siswa untuk pergi belajar ke sekolah agama.
Sehingga mau tidak mau para siswa harus bergelantungan di jembatan tersebut untuk memangkas jarak tempuh
“Iya betul karena di desa sebelah itu ada sekolah agama, (para siswa) jadi harus bergelantungan ke sana. Kalau putar jalan perlu waktu 1,5 jam perjalanan,” ungkap Asri.
Jembatan yang di informasikan putus sejak awal Juli 2024 itu, sambung Asri, sudah di musyawarahkan atara kedua desa terdampak.
Nantinya akan di perbaiki menggunakan anggaran kedua desa.
“Kemarin sudah ada musyawarah (desa) mau udunan (patungan) untuk perbaikan jembatan penghubung Desa Neglasari dengan Desa Bantarpanjang,” ungkap Asri.
http://dlvr.it/TDX6PZ