PORTAL MEDAN. Bank-bank di Indonesia sedang marak menutup jaringan kantornya. Laporan Surveillance Perbankan Indonesia yang dirilis Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat, jaringan kantor bank umum konvensional (BUK) - mayoritas merupakan terminal perbankan elektronik (ATM/CDM/CRM) - di seluruh Indonesia tersisa 115.539 per triwulan IV-2023, berkurang 4.676 unit.
Meskipun demikian, jumlah kantor cabang perbankan juga ikut menunjukkan penurunan secara signifikan dalam empat tahun terakhir. Statistik Perbankan OJK mencatat jumlah kantor bank umum di Indonesia sebanyak 24.243 unit per Maret 2024.
Jumlah itu menurun drastis jika dibandingkan pada saat tahun pandemi Covid-19 mulai meluas di Indonesia. Tepatnya pada tahun 2020, jumlah kantor bank umum di Indonesia sebanyak 30.733 unit. Artinya, jumlah itu telah terpangkas 6.490 unit hingga Maret 2024.
Adapun jumlah kantor empat bank umum milik negara masih mendominasi, yakni sebanyak 12.780 per Maret 2024. Jumlah itu telah menurun drastis sebanyak 4.527 unit dari tahun 2020.
Sama halnya dengan Bank Pembangunan Daerah (BPD), yang jumlah kantor banknya kian menyusut sejak pandemi. Per Maret 2024, jumlah kantor bank dari 27 BPD di Indonesia sebanyak 4.047 unit, berkurang 374 unit dari tahun 2020.
Bank swasta juga sama, dengan jumlah kantor dari 68 bank telah susut menjadi 8.126 unit per Maret 2024. Ini telah berkurang 843 unit kantor milik 70 bank swasta pada tahun 2020.
Kantor cabang dari bank yang berkedudukan di luar negeri juga tak terelakkan, hanya tersisa 23 unit per Maret 2024. Jumlah itu berkurang 9 unit dari total 36 unit pada tahun 2020.
Salah satu bank umum milik negara, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI) mengakui bahwa jumlah kantor cabangnya berkurang. Direktur Networks & Services BNI, Ronny Venir mengatakan rasionalisasi jumlah kantor cabang terjadi karena situasi pasar. Seperti bagaimana pandemi Covid-19 mengubah perilaku masyarakat menjadi serba mengandalkan teknologi digital.
"Begitu juga di dunia perbankan, banyak sekali transaksi-transaksi yang sekarang ini di zaman seperti sekarang, zaman now, dilakukan bisa tidak harus dilakukan di cabang tetapi banyak dilakukan digital,dengan beberapa aplikasi atau sistem yang dimiliki oleh masing-masing perbankan," kata Ronny di Power Lunch CNBC Indonesia beberapa waktu lalu, dikutip Kamis (20/6/2024).
Ia mengatakan, di BNI sendiri pada tahun 2022 dan 2023, jumlah transaksi yang dilakukan di cabang hanya 1,64% dari total keseluruhan volume transaksi. Lantas, hampir 99% transaksi di BNI mengandalkan platform digital. Ronny mengatakan transaksi perbankan lewat platform digital itu meliputi transfer, beli pulsa, bayar pajak dan lain-lain.
"Sehingga mau nggak mau kita juga tentunya berpikiran akan bagaimana cara men-shifting transaksi ini, kondisi ini ke depannya," ujarnya.(cnbcindonesia.com)
http://dlvr.it/TBBP67
Meskipun demikian, jumlah kantor cabang perbankan juga ikut menunjukkan penurunan secara signifikan dalam empat tahun terakhir. Statistik Perbankan OJK mencatat jumlah kantor bank umum di Indonesia sebanyak 24.243 unit per Maret 2024.
Jumlah itu menurun drastis jika dibandingkan pada saat tahun pandemi Covid-19 mulai meluas di Indonesia. Tepatnya pada tahun 2020, jumlah kantor bank umum di Indonesia sebanyak 30.733 unit. Artinya, jumlah itu telah terpangkas 6.490 unit hingga Maret 2024.
Adapun jumlah kantor empat bank umum milik negara masih mendominasi, yakni sebanyak 12.780 per Maret 2024. Jumlah itu telah menurun drastis sebanyak 4.527 unit dari tahun 2020.
Sama halnya dengan Bank Pembangunan Daerah (BPD), yang jumlah kantor banknya kian menyusut sejak pandemi. Per Maret 2024, jumlah kantor bank dari 27 BPD di Indonesia sebanyak 4.047 unit, berkurang 374 unit dari tahun 2020.
Bank swasta juga sama, dengan jumlah kantor dari 68 bank telah susut menjadi 8.126 unit per Maret 2024. Ini telah berkurang 843 unit kantor milik 70 bank swasta pada tahun 2020.
Kantor cabang dari bank yang berkedudukan di luar negeri juga tak terelakkan, hanya tersisa 23 unit per Maret 2024. Jumlah itu berkurang 9 unit dari total 36 unit pada tahun 2020.
Salah satu bank umum milik negara, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI) mengakui bahwa jumlah kantor cabangnya berkurang. Direktur Networks & Services BNI, Ronny Venir mengatakan rasionalisasi jumlah kantor cabang terjadi karena situasi pasar. Seperti bagaimana pandemi Covid-19 mengubah perilaku masyarakat menjadi serba mengandalkan teknologi digital.
"Begitu juga di dunia perbankan, banyak sekali transaksi-transaksi yang sekarang ini di zaman seperti sekarang, zaman now, dilakukan bisa tidak harus dilakukan di cabang tetapi banyak dilakukan digital,dengan beberapa aplikasi atau sistem yang dimiliki oleh masing-masing perbankan," kata Ronny di Power Lunch CNBC Indonesia beberapa waktu lalu, dikutip Kamis (20/6/2024).
Ia mengatakan, di BNI sendiri pada tahun 2022 dan 2023, jumlah transaksi yang dilakukan di cabang hanya 1,64% dari total keseluruhan volume transaksi. Lantas, hampir 99% transaksi di BNI mengandalkan platform digital. Ronny mengatakan transaksi perbankan lewat platform digital itu meliputi transfer, beli pulsa, bayar pajak dan lain-lain.
"Sehingga mau nggak mau kita juga tentunya berpikiran akan bagaimana cara men-shifting transaksi ini, kondisi ini ke depannya," ujarnya.(cnbcindonesia.com)
http://dlvr.it/TBBP67