Pasien Kritis Tak Dilayani hingga Meninggal, Perawat Diduga Tak Mau Hilang Jam Istirahat, Kini Kena Karma

PORTAL MEDAN. Kasus pasien kritis dan tak dilayani hingga meninggal dunia kini tengah menjadi sorotan.

Berawal dari curahan hati seorang keluarga pasien kritis yang mengeluhkan pelayanan sebuah rumah sakit di Padang.

Perawat Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Padang, Sumatera Barat diduga tak memberikan pelayanan maksimal kepada pasien.

Bahkan saat pasien tersebut sekarat.

Alasan yang dipakai perawat itu karena sedang pergantian jam kerja (shift). 

Akhirnya, cerita tentang perawat tak layani pasien karena pergantian jam kerja ini viral di media sosial.

Video yang memperlihatkan keluarga pasien mengamuk lantaran perawat tak segera memberikan pertolongan kepada pasien yang sebelumnya dalam keadaan kritis itu juga terus berpindah tangan.

Pihak keluarga tak terima dengan perlakuan perawat itu.

Terlebih karena pasien yang sekarat itu akhirnya meninggal dunia.

Hingga akhirnya mereka mengamuk lantaran sebelumnya perawat disinyalir tak segera memberikan pertolongan kepada pasien yang dalam kondisi kritis itu.

Dalam video yang diunggah di akun Instagran @matarakyat_sumbar, Minggu (12/11/2023) memperlihatkan seorang pasien yang diduga telah meninggal dunia dikerumuni beberapa perawat.

Keluarga tersebut terdengar tak terima lantaran perawat tak segera memberikan pertolongan kepada pasien yang sebelumnya dalam keadaan kritis itu.

Tak terdengar jelas apa yang dibicarakan keluarga pasien itu saat meluapkan emosinya.

Namun, berdasarkan keterangan dalam unggahan tersebut, para perawat diduga tak melayani pasien karena sedang berganti jam kerja (shift).


“Pada tgl 12 November 2023 Perlakuan sprti ini sudah sering terjadi Pada jam 14:01 WIB Saya sudah kasih tau kpd perawat yg jaga kalau ibu saya sekarat, detak jantungnya tidak normal,



“Sudah terlihat jelas dimesin itu sperti garis lurus,bukanya ditanggapi dg cepat, tpi malah dijawab (mhon maaf bang,kami mau ganti siff,tdak bisa kami menangani pasien) saya tunggu smpai 14:40WIB perawatnya baru datang, dan ngabarin ibu saya sudah meninggal,” tulis keterangan dalam unggahan itu.

Peristiwa itu diketahui terjadi di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Padang, Sumatera Barat pada Minggu (12/11/2023) lalu.

Terkait video yang tengah viral di media sosial itu, Direktur Utama RSUP Dr M Djamil Padang, dr Dovy Djanas, memberi tanggapan.

Selama masa perawatan di ruang HCU Bedah, pasien mendapat pemantauan secara intensif baik dari dokter maupun dari perawat.

Kondisi pasien harus yang harus dilakukan suction atau tindakan pembersihan jalan napas karena penumpukan cairan di saluran atas pernapasan, dan dilakukan secara berkala dengan selang waktu tertentu.

Hal inilah yang disebut menjadi pemicu kesalahpahaman dari pihak keluarga pasien bernama Yuliarni yang terkesan petugas jaga telah mengabaikan anggota keluarganya dengan alasan pergantian shift kerja petugas.

"Kami langsung menerjunkan tim ke lapangan untuk mencari klarifikasi terhadap masalah yang viral di media sosial."

"Setelah kami mencari informasi di lapangan, dalam pelaksanaan perawatan itu memang ada tindakan suction, karena pada pasien itu dilakukan tracheostomy (pembebasan jalan nafas dari nafas saluran biasa ke leher)," katanya , Senin (13/11/2023), dikutip TribunJatim.com dari TribunPadang via Tribun-Medan.com

Tracheostomy dilakukan agar saluran nafas pasien bisa berlangsung baik dengan bantuan.

Pada waktu perawatan tracheostomy, kesadaran pasien menurun dan dibantu dengan suction  untuk menghisap lendir di saluran pernapasan pasien.

Ia pun membantah tudingan pasien tidak mendapat pertolongan dari perawat di ruangan.

"Kita akan tindaklanjuti dengan bagaimana SOP yang diberlakukan, petugas yang bertugas, dan akan diselesaikan dengan sebaik-baiknya. Waktu pertukaran shift ini yang akan kita cari, dimana timbul emosi keluarga," pungkasnya.

Beberapa waktu lalu, perilaku seorang perawat juga menjadi perbincangan.


Sebelumnya beredar video viral di media sosial, perawat puskesmas memberikan penanganan medis pada korban kecelakaan, sambil tertawa. 



Sosok perawat tersebut tak ada dalam video. 

Malah, mereka merekam wajah korban kecelakaan tersebut tanpa izin. 

Sontak sosok perawat tertawakan korban kecelakaan itu pun banyak dicari oleh warganet alias netizen. 

Diketahui, perawat tertawakan korban kecelakaan itu berjumlah tiga orang. 

Mereka bertugas di Puskesmas Kampili, Gowa, Sulawesi Selatan. 

Kepala Puskesmas Kampili, Imran buka suara terkait hal ini, Rabu (8/11/2023).

Saat ditemui di Puskesmas Kampili, Desa Kampili, Kecamatan Pallangga, Gowa, Imran mengatakan telah memberikan sanksi skorsing kepada 3 perawat tersebut.

Ada tiga perawat sukarela disanksi berupa skorsing atau istirahat selama sebulan.

Mereka yakni, Dasriani yang memberilan alkohol di hidung, Hasriani mengambil video, dan Nurhayani.

"Kami berikan sanksi skorsing mereka 3 orang untuk istirahat dulu selama satu bulan," tegasnya.

Dia menyebut, status ketiga perawat tersebut adalah sukarela.

"Jadi inikan per tim, jadi pada saat kejadian satu orang laki-laki pergi salat sehingga hanya 3 orang perempuan yang berada pada saat kejadian," katanya.

Sebelumnya diberitakan, sejumlah perawat atau tenaga kesehatan (Nakes) di Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan (Sulsel) menjadi sorotan publik.

Pasalnya dalam video itu menampakkan kelakuan tak pantas dari perawat saat menangani seorang pasien pria.

Pria itu merupakan pasien korban kecelakaan terbaring tak berdaya.

Dia diduga pasien korban kecelakaan.


Dalam video beredar berdurasi 54 detik, diterima TribunGowa.com, Rabu (8/11/2023), tampak sejumlah perawat menangani pasien pria tersebut.



Terlihat sejumlah perawat saat memberikan penanganan medis terlihat  cengengesan terkesan mengejek.

"Bangun dek, bangun dek, kamu mabuk ya," ucap salah seorang perawat sembari tertawa.

"Hei, kamu sudah minum ya, hei, sudah minum ya," kata perawat.

"Bangun ki dek, bangun ki," kata perawat lainnya.

Tampak dalam video tersebut, di hidung remaja tersebut terpasang selang oksigen untuk membantunya bernafas.

Terlihat remaja laki-laki tersebut tampak tidak berdaya dan hanya bisa terdiam.

"Bangun ki dek, bangun ki dek," kata salah seorang perawat sembari memberikan sesuatu di dekat hidung pasien.

"Hei jangan goyang," kata perawat lainnya sembari tertawa.

"Siapa nama ta, tidak kulepas ki kalau begini," ucapnya.

"Apa ta sakit," kata perawat.

"Hm apa ta sakit," kata perawat sembari tertawa.

"Ngapana (kenapa) ditenangkan nah lagi diperiksa," ucapnya

Tetiba pasien tersebut bergerak dan mengagetkan sejumlah perawat yang menanganinya

"Sadar mi ehh, woi anjir," kata salah seorang perawat.


Dari informasi dihimpun, kejadian tersebut berlangsung di Puskesmas Kampili, Kecamatan Pallangga, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan (Sulsel).



Kepala Puskesmas Kampili, Imran mengatakan kejadian tersebut terjadi pada Minggu (15/10/2022) sekira pukul 18 40 magrib.

"Kejadianya saat magrib dibawa oleh orang lewat, pasien dalam keadaan pingsaan pada saat itu," ujarnya, saat ditemui, di Puskesmas Kampili, Rabu (8/11/2023)

Dia menerangkan pada saat itu perawat menanyakan terkait pasien tersebut.

"Petugas bertanya kenapa ini pak, ini pasien di jalan pingsan, kecelakaan dan saya bawa ke sini," katanya 

"Kemudian ditanya lagi oleh petugas, kenapa ini pak, (dijawab) barangkali mabuk," sambungnya.

Sesudah itu, pria yang mengantar pasien tersebut pergi.

Menurut Imran, seusai dengan standar dan SOP maka pasien tersebut diberikan penanganan medis sesuai standar SOP.

"Petugas lainnya mempersiapkan mobil untuk rujukan, pada saat mau dirujuk petugas kebingungan dan mencari pihak keluarga pasien, dan mereka (petugas) tidak tahu siapa yang mau dihubungi," katanya

Sehingga lanjutnya, salah seorang perawat berinisiatif mencari nomor kontak keluarga korban lewat handphone milik korban.

"Didapat hp korban, setelah dibuka ternyata yang terbuka adalah camera, sehingga dia (perawat) berinisiatif mungkin bagus direkam baru dikirim ke kontak yang ada. Setelah selesai dia mau kirim ke kontak ternyata hp itu terkunci, pada saat itu petugas juga masih kebingungan. Sementara kondisi pasien belum sadar," jelasnya

"Maka mereka (perwat) ini merangsang pasien dengan alkohol dengan kapas di hidung pasien. Pada saat dirangsang ada kata-kata mabuk ya, itu barangkali pada saat pasien ini masuk dalam kondisi tidak sadar, perawat bertanya ke pengantar kenapa ini?, dan dijawab barangkali mabuk, sehingga itulah yang muncul kata mabuk yaa (divideo)," sambungnya

Lebih lanjut dijelaskan, saat dirangsang dengan alkohol, ada reaksi dari pasien. Pasien disebut menendang. 

"Dia (pasien) menendang petugas kaget, (spontan petugas) bilang njir, bukan anjing, biasa bahasa gaul itu (njir) kalau orang baru dengar mungkin dikira anjing padahal njir, atau kalau kita biasa bilang astaga," ucapnya.

Tak lama setelah itu, keluarga pasien pun tiba. Dan pasiennya langsung dirujuk ke RSUD Syekh Yusuf.

Menurut informasi, pasien tersebut kemudian dirujuk lagi ke RS Bhayangkara Makassar  

"Di RS Bhayangkara dirawat kurang lebih 18 hari baru sadar tapi masih belum pulih, pada saat itulah mungkin hp (milik pasien) baru dibuka oleh keluarganya dan kelihatanlah rekaman itu dan diviralkan," jelasnya

Padahal kata Imran, menurut petugas tidak ada niat untuk melakukan hal tersebut. 

"Kalau niat pasti pakai hp sendiri, tetapi ini hanya semata-mata pasien ini mau dirujuk karena tidak ada keluarga sehingga petugas inisiatif merekam dan hendak dikirim ke kontak yang ada di pasien," jelasnya.(tribunnews.com)


http://dlvr.it/SyszS7
Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak