PORTAL MEDAN.
Pondok pesantren (Ponpes) Al-Zaytun di Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, menuai sorotan berkat sejumlah kontroversinya.
Diberitakan Kompas.com, Kamis (15/6/2023), massa yang tergabung dalam Forum Indramayu Menggugat (FIM) menuntut agar dugaan aliran sesat di Ponpes ini diusut tuntas.
Tak hanya itu, massa juga mendesak pengusutan dugaan tindak pidana pemerkosaan oleh pimpinan Ponpes Al-Zaytun, Syekh Panji Gumilang.
Menanggapi kontroversi Al-Zaytun, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mengaku menunggu arahan Kementerian Agama dan Majelis Ulama Indonesia (MUI).
"Karena urusan agama kemudian urusan fiskal, hubungan luar negeri, yustisi, pertahanan dan keamanan itu wilayah pemerintah pusat," ujarnya di Bandung, dikutip dari Antara, Kamis.
Menuai kontroversi, seperti apa seluk-beluk Ponpes Al-Zaytun?
Profil dan sejarah Ponpes Al-Zaytun
Dilansir dari laman resminya, Ponpes ini mengeklaim sebagai pusat pendidikan pengembangan budaya toleransi dan perdamaian.
Menggenggam visi berupa "Perbaikan kualitas pendidikan ummat", Al-Zaytun mengaku memiliki tujuan untuk mempersiapkan sumber daya manusia berkualitas selaras perkembangan dunia.
Individu hasil didikan Ponpes Al-Zaytun juga disebut mampu mengembangkan kreativitas, berdaya kompetisi tinggi, berjiwa mandiri, serta tekun dalam penelitian dan penemuan ilmiah.
Juga, penuh perhatian terhadap aspek dinamika kelompok dan bangsa, terampil berkomunikasi, berdisiplin tinggi, menguasai tahfiz Al Quran, serta selalu berakhlak karimah.
Gagasan pembangunan Ponpes Al-Zaytun muncul sejak 1 Juni 1993, saat hari raya Idul Adha 1413 H oleh Yayasan Pesantren Indonesia (YPI).
Namun, pembangunan baru dimulai tiga tahun kemudian, tepatnya pada 13 Agustus 1996.
Selang tiga tahun sejak pembangunan, pada 1 Juli 1999, kegiatan pembelajaran pertama kali di Al-Zaytun pun dilakukan.
Kendati demikian, pondok pesantren ini baru diresmikan oleh Presiden ketiga Indonesia, BJ Habibie pada 27 Agustus 1999.
Ciri khas Ponpes Al-Zaytun
Masih dari laman Al-Zaytun, pesantren ini memiliki luas total lebih dari 1.200 hektare untuk melaksanakan kegiatan pendidikan.
Seluas 200 hektare di antaranya terdiri dari kompleks sarana pendidikan, seperti gedung pembelajaran, asrama siswa putra maupun putri, serta sarana olahraga.
Salah satu bangunan paling monumental di kompleks Al-Zaytun adalah Masjid Rahmatan Lil Alamin.
Dikutip dari laman rahmatanlilalamin.id, bangunan masjid berukuran 99 x 99 meter yang merefleksikan asmaul husna.
Sementara itu, enam lantainya merupakan simbol dari arkan al-iman atau rukun iman.
Masjid ini terdiri dari lima buah kubah, yakni satu kubah besar yang dikelilingi empat kubah lebih kecil berbentuk seperempat lingkaran.
Empat kubah kecil tersebut merupakan simbol dari empat mazhab besar dunia, yaitu Hanafi, Maliki, Syafi’i, serta Hambali.
Sedangkan kubah besarnya, merupakan risalah Nabi Muhammad yang menaungi keempat mazhab.
Selain bangunan dan wilayahnya, Ponpes ini turut mengaku unggul dalam menerapkan sistem pendidikan dengan kualifikasi internasional.
Program pendidikan di pesantren ini selalu mengacu pada standar kualifikasi internasional, termasuk program ICDL (International Computer Driving Licence) dan ICCS (International Certificate in Computer Studies) dengan jaminan standar berskala internasional.
Al-Zaytun bagaikan negara dalam sebuah negara. Mereka punya total 9 wilayah dan pejabatnya masing-masing. Bahkan memiliki mata uang sendiri.— Kompas.com (@kompascom) June 23, 2023
Siapapun bisa menjadi target dan korban Al-Zaytun. Proses perekrutan ini sejak dulu paling banyak menyasar mahasiswa. https://t.co/XcSb2YR68D.— Kompas.com (@kompascom) June 23, 2023
Mahasiswa yang sudah menjadi target, setelah itu diisolasi dari keluarga dan pergaulannya, dan terus diberikan doktrin.
Proses perekrutan yang dilakukan oleh Al-Zaytun memang sangat terstruktur.https://t.co/N1ZtOTF1OM— Kompas.com (@kompascom) June 23, 2023
Setelah itu ada beberapa rangkaian di mana calon anggota diberikan beberapa tahap perkenalan ideologi.
Tilawah merupakan proses awal perkenalan anggota, di mana calon anggota didoktrin tentang nilai-nilai dan ajaran di Al-Zaytun.— Kompas.com (@kompascom) June 23, 2023
Selain metode perekrutan, cara mereka mendapatkan pendanaan juga dinilai bermasalah.
Banyak rekrutan yang akhirnya menjadi teroris. https://t.co/aPuAFyWrnO— Kompas.com (@kompascom) June 23, 2023
Banyak anggota yang rela jual tanah hingga mobil agar dapat menyumbang dana yang besar kepada Al-Zaytun. Mereka dijanjikan posisi strategis jika nantinya Negara Islam berdiri.— Kompas.com (@kompascom) June 23, 2023
Al-Zaytun menganggap bahwa harta orang di luar sana merupakan harta orang kafir sehingga tidak masalah jika harta mereka dirampas.
Selain itu, mereka memiliki tim sendiri yang berfokus mencari dana. Tim tersebut dinamakan tim Maliyah.— Kompas.com (@kompascom) June 23, 2023
Selain itu, Al-Zaytun diduga juga menerima bantuan dan perlindungan dari pemerintah.https://t.co/88374k5kX0— Kompas.com (@kompascom) June 23, 2023
Kemenag mengaku kalau Al-Zaytun menerima dana bos.
Tapi dana bos tersebut masuk ke rekening ketuanya yaitu Panji Gumilang bukan rekening yayasan. https://t.co/LB7HTGondl— Kompas.com (@kompascom) June 23, 2023
Panji mengajarkan ideologi Al-Zaytun tak hanya kepada anggotanya yang sudah dewasa, namun juga anak-anak.— Kompas.com (@kompascom) June 23, 2023
http://dlvr.it/Sr8Lv0
http://dlvr.it/Sr8Lv0