Kasus Sambo dan Dugaan Skandal Rp300 Triliun Kemenkeu Mencuat, Said Didu: Tuhan Sedang Membuka Aib Era Jokowi

PORTAL MEDAN.   Mantan Sekretaris BUMN Muhammad Said Didu menyoroti pemerintahan Jokowi di mana sejumlah instansi yang diterpa masalah. Secara khusus ia menyebut Polri terkai kasus Sambo dan sejumlah masalah Kementerian Keuangan (Kemenkeu) yang baru-baru ini heboh. “Saya lihat, Allah sedang membuka aib (pemerintah),” ujar Said Didu saat tampil di kanal Youtube Bambang Widjojanto, dikutip Senin (20/3/23). Said Didu menyinggung soal kalimat yang dia sebut berasal dari Din Syamsudin soal rezim yang lahir dari kecurangan. Kasus Polri-Sambo terbongkar oleh pernyataan seorang anggota berpangkat paling rendah (Bharada E) serta kasus yang menerpa Kemenkeu yang berawal dari kisruh anak muda yang merupakan anak pejabat ditjen pajak. Menurut Said Didu terbongkarnya perkara besar di instansi tersebut tak berkaitan langsung dengan instansi itu sendiri melainkan ulah oknum terkait masalah pribadi. Karenanya ia merasa “Tuhan” sedang menguak kebenaran yang selama ini coba disembunyikan. “Saya teringat sekali pernyataan Pak Din Syamsudin yang menyatakan apabila rezim lahir dari kecurangan maka akan muncul bencana, itu teringat betul saya perkataan itu,” jelasnya. “Kan agak aneh atau di luar dugaan. Apa kaitannya sebuah penganiayaan dengan dengan terbongkarnya kasus ini? Nggak ada secara ilmiah dan logika, Allah menghendaki semua itu,” tambahnya. Terkait Rp300 Triliun yang disebut Mahfud MD transaksi janggal di kemenkeu, Said Didu meragukan jumlahnya yang menurutnya jauh lebih besar. “Dulu pada saat SBY, Tax Ratio pernah lebih dari 14 persen, di kita baru naik tahun lalu 10an persen, sekarang di bawah, anggaplah rata-rata 8 persen di masa Jokowi, artinya ada penurunan tax rasio sebesar 5 persen. Saya ambil pendapatan negara tahun lalu dari pajak 2000 Triliun lebih itu pada rasio 10 persen, kalau tax ratio 15 persen berarti harusnya 3.000 triliun. Harusnya negara dapat pajak dan cukai 3.000 triliun, yang masuk ke negara Cuma 2.000 triliun. Artinya ada uang 1.000 triliun melayang-layang yang harusnya masuk ke negara,” wartaekonomi.co
http://dlvr.it/SlFhJ5
Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak