AGEMAKS ONLINE. Fotokita.net - Ali Fanser Marasabessy Ketua Umum (Ketum) organisasi Pemuda Bravo 5 sedang menjadi sorotan. Ali Fanser terbiasa dikelilingi para jenderal TNI yang sudah memasuki masa purnawira atau pensiun. Ternyata Ketum Pemuda Bravo 5 juga menjadi anak asuh Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marinves), Luhut Binsar Pandjaitan. Dia bangga pamer foto bareng menteri Presiden Joko Widodo itu. Sosok pria bertubuh tegap dengan nama Ali Fanser Marasabessy mulai dicari latar belakangnya setelah video pemukulan yang dilakukan anaknya terhadap Justin Frederick Raymond, anak anggota DPR RI Indah Kurniawati viral di media sosial. Awalnya, dalam narasi video yang beredar, seorang pengemudi Nissan X-Trail dengan plat nomor RFH melakukan pemukulan terhadap warga pengguna jalan lainnya di ruas tol Gatot Subroto (Gatsu) Jakarta. Video itu menunjukkan seorang pria berkemeja merah terus memukuli laki-laki yang tersungkur menerima bogem mentah. Sementara itu, pria berkumis tebal di depannya hanya terlihat menonton. Pria bekemeja batik itu memang tidak ikut memukuli laki-laki yang sebelumnya terlibat cekcok dengan dirinya. Setelah viral, netizen berhasil mengetahui identitas pria berkemeja batik dengan kumis tebal itu. Korban pemukulan juga berhasil diketahui setelah mendapatkan keterangan resmi dari pihak kepolisian. Setelah mendapatkan penganiayaan di tol Gatsu, Justin Frederick anak anggota DPR itu segera melaporkan peristiwa pemukulan itu kepada pihak Polda Metro Jaya. Dari situ sosok Ali Fanser terungkap. Pemukul anak anggota DPR adalah anak dari Ketua Pemuda Bravo 5 Ali Fanser Marasabessy, Faisal Marasabessy. Dalam video yang beredar, Faisal Marasabessy adalah pria berbaju merah yang memukuli Justin. Sementara itu, Ali Fanser Marasabessy adalah pria berkemeja batik yang ada di lokasi kejadian bersama Faisal Marasabessy. Salah satu pelaku pemukulan Justin Frederick yang berinisial FM atau Faisal Marasabessy, kini sudah ditetapkan sebagai tersangka. "Satu orang sudah ditetapkan tersangka dan ditahan," ujar Dirkrimum Polda Metro Jaya Kombes Hengki Haryadi kepada wartawan, Minggu (5/6/2022). Keterlibatan Ali Fanser dalam kasus pemukulan anak anggota DPR juga dibenarkan oleh Jenderal TNI (Purn) Fachrul Razi, yang menjabat sebagai Ketua Umum Pejuang Bravo 5. Mantan menteri Agama ini menyebut, tidak setuju atas tindakan yang dilakukan oleh Ali Fanser karena melakukan kekerasan dan memukul atau main hakim sendiri. Mantan Wakil Panglima TNI itu juga mendukung sepenuhnya atas tindakan dari pihak kepolisian yang mengusut kasus penganiayaan tersebut. Ali Fanser, kata Fachrul harus dikenai hukuman sesuai aturan yang berlaku. Fachrul Razi menegaskan, apapun alasannya pelaku memukul korban, tetap harus diproses secara hukum. "Tidak boleh apapun alasannya melakukan tindakan di luar hukum. Apapun alasannya, harus diproses secara hukum," ujar Fachrul. Fachrul mengatakan, dia sepenuhnya menyerahkan seluruh proses hukum kepada Polda Metro Jaya. "Saya serahkan seluruh proses hukumnya kepada Polda Metro Jaya. Saya juga belum terima laporan duduk perkaranya bagaimana dari Polda," tandasnya. Polisi bicara soal pelat mobil RFH yang digunakan oleh Ali dan Faisal. Polisi mengatakan, pelat RFH yang digunakan Faisal tidak terdaftar. "Pelat RFH yang digunakan pelaku penganiayaan tidak terdaftar," ujar Dirkrimum Polda Metro Jaya Kombes Hengki Heryadi saat dimintai konfirmasi, Minggu (5/6/2022). Hengki mengungkapkan, tidak terdaftarnya pelat RFH itu diketahui dari hasil koordinasi dengan Ditlantas Polda Metro Jaya. Sementara itu, Sekretaris Pemuda Pejuang Bravo 5 Ahmad Zazali menyampaikan kronologi versi pihaknya. Menurut Zazali, Ali Fanser Marasabessy mengaku lebih dulu dipukul oleh Justin Frederick. "Bahwa dalam peristiwa tersebut, AFM menjadi korban pemukulan yang dilakukan JF. Hal itu menjadi pemicu perkelahian antara JF dan FM. Bahkan telah berusaha melerai perkelahian tersebut," ujar Ahmad Zazali dalam keterangan tertulis, Minggu (5/6/2022). Berdasarkan keterangan Ahmad Zazali, awalnya Justin Frederick mengacungkan jari tengah saat mobilnya didahului oleh Ali Fanser Marasabessy. Ali Fanser Marasabessy lantas menghentikan mobil Justin. "Bahwa perlu kami luruskan yang terjadi sebenarnya adalah JF yang terlebih dahulu mengacungkan jari tengah ketika mobilnya didahului oleh kendaraan yang ditumpangi AFM," tulis Ahmad Zazali. "Lalu kendaraan yang ditumpangi AFM menghentikan JF untuk menanyakan maksud JF mengacungkan jari tengah tadi," lanjutnya. Ahmad Zazali juga menyebut, Justin justru marah dan memukul Ali Fanser. Melihat hal tersebut, Faisal Marasabessy, yang saat itu berada dalam mobil yang sama dengan Ali, pun membela hingga terjadi perkelahian. "JF dengan nada tinggi terlihat marah serta menantang, lalu memukul AFM terlebih dahulu. Melihat AFM diperlakukan demikian, FM, rekan semobil AFM, spontan membela sehingga terjadi perkelahian," tulis Ahmad Zazali. Berdasarkan keterangan itu, Ali Fanser Marasabessy menuding Justin Frederick sebagai biang keributan yang viral itu. Atas hal tersebut, Ali Fanser Marasabessy akan melaporkan Justin Frederick ke Polda Metro Jaya. Mengenal Bravo 5 Ormas Pejuang Bravo Lima mulanya bernama Bravo 5, kelompok purnawirawan TNI yang dibentuk untuk mendukung Joko Widodo dalam Pemilihan Presiden 2014. Inisiatornya adalah Letjen (Purn) Luhut Binsar Pandjaitan, yang kini menjabat sebagai Menteri Koordinator bidang Maritim dan Investasi. Sejumlah purnawirawan TNI yang tergabung dalam relawan Bravo 5 adalah Kasum TNI Letjen (Purn) Suaidi Marasabessy, Letjen TNI (purn) Sumardi, Mayjen TNI (purn) Heriyono Harsoyo, Mayjen TNI (purn) Zainal Abidin, Mayjen TNI (purn) Heriyadi, Brigjen TNI (purn) Paulus Prananto dan mantan Kepala Staf Angkatan Laut Laksamana TNI (purn) Marsetio. Nama kelompok itu diambil dari kata Bravo dan nomor 5 yang menunjukkan kediaman Luhut di Jalan Banyumas Nomor 5, Menteng, Jakarta Pusat. Tim relawan itu kemudian vakum setelah pasangan Jokowi-Jusuf Kalla memenangkan pilpres 2014. Mereka kembali aktif menjelang Pilpres 2019 dan dipimpin oleh Fachrul Razi. Mereka juga memindahkan markas dari rumah Luhut ke Jalan Maluku Nomor 32, Menteng. Tim relawan itu lantas diresmikan menjadi organisasi massa pada 1 Februari 2020 dan namanya diubah menjadi Pejuang Bravo Lima (PBL).***
http://dlvr.it/SRjHpF
http://dlvr.it/SRjHpF