OTOMOTIF PORTAL MEDAN. – Balapan di sirkuit Dutct TT Assen selalu tidak mengecewakan, kombinasi antara layout, karkater dan morfologi sirkuit ditambah lagi dengan bentuk chicane GT terakhir memang menjanjikan balapan cepat (tidak selalu melulu berarti top speed) -karena tidak banyak bentuk tikungannya yang ‘mati’- plus juga dengan banyak lokasi atau hotspot untuk menikung dan menelikung. Bicara spot menikung bahkan dua sektor terakhir terutama di sekitar Ramshoek Corner, daerah tersebut hampir dapat dipastikan membuka berbagai macam strategi untuk bisa overtaking lawan karena setiap model strategi pembalap saat memasuki tikungan baik tajam dari dalam maupun kencang melebar dari luar tikungan selalu akan menjanjikan posisi rentan di sisi sebaliknya bagi lawan untuk melakukan serang balik dalam sebuah dog-fight. Artinya karena tikungannya sangat cepat dan posisi pembalap selalu berada di limit, jika pembalap masuk dari dalam, lawan bisa attack dari sisi luar dan juga sebaliknya. Jika kita berbicara jalannya balapan MotoGP Assen 2021 ke belakang, semua orang akan setuju bahwa ini sirkuit yang sangat memanjakan motor-motor berkonfigurasi mesin inline-4. Cerita lamanya adalah sirkuit TT Assen ini memang menumpulkan berbagai kelebihan motor bermesin V4, silahkan sebut top speed, pengereman yang luar biasa stabil plus akselerasi stop-and-go yang luar biasa. Dua speed corner panjang yang dimiliki oleh sirkuit ini boleh dibilang sangat memanjakan kombinasi mesin inline-4 dan sasis yang dimiliki oleh Suzuki GSX-RR dan juga Yamaha M1. Namun bagaimana TT Assen 2022? Assen-nya sih nggak berubah, namun peta persaingan dari karakter motor yang berubah. Minimal dua pengembang motor mesin V4 -sebut saja Ducati dan Aprilia- sepertinya sudah sukses meng-inline 4-kan karakter motor V4 mereka, terutama dengan menghadirkan pendekatan aerodinamika yang tersembunyi dari berbagai model fairing dan aero parts. Ducati menghadirkan downwash duct yang tahun 2022 ini makin moncer dikombinasikan dengan dimensi fairing yang lebih compact -dibandingkan dimensi fairing 2021- sehingga mereka bisa lebih sharp ketika memasuki tikungan dan ketika motor diajak berganti arah. Sementara Aprilia menghadirkan bentuk side fairing berundak yang seperti sudah TMCBlog coba analisis pada artikel artikel sebelumnya, yang disinyalir menghadirkan ground effect yang ujung-ujungnya juga melahirkan downforce pada kondisi motor rebah ketika RS-GP diajak menikung cepat. CP4 Meng-V4-kan Mesin Inline 4, Downwash Duct Meng-Inline 4-kan Mesin V4 ! Mau downwash duct Ducati ataupun fairing berundak dengan pola aliran udara menyerupai ventury effect ala Aprilia semuanya adalah ikhtiar kedua pabrikan Eropa ini untuk menghadirkan effek mirip inersia menikung motor bermesin inline-4 yang khas. Alaminya, karena mesin inline-4 memiliki desain crank-shaft [kruk as] yang lebih lebar dibandingkan dengan mesin konfigurasi V4 maka crankshaft inertia yang dihasilkan akan bisa lebih membuat motor akan terus miring menikung (lembam/malas) saat motor dibuat nikung oleh pembalap. Dan pembalap nggak perlu effort terlalu heboh untuk membuat motor menikung halus menggunakan mesin inline-4 ini. Nah singkat kata efek mirip ‘kelembamam’ ini lah yang berusaha dihadirkan di mesin V4 dengan kedua aero-devices Ducati dan Aprilia via ground effect. Jadi sekarang ini bukan hanya ada konotasi domba yang memiliki karakter serigala yang bias disematkan di motor motor inline-4 bermesin firing order cross plane, namun serigala serigala saat ini pun sudah memiliki karakter ‘kancil’ yang lincah ditikungan. Nah lincahnya serigala ini pun diperkuat oleh talenta pembalapnya yang kian terasah. Terutama Pecco Bagnaia yang mempelajari dan mempraktekan gaya balap butter & hammer ala Jorge Lorenzo ketika bersama Ducati. Pecco benar-benar tak tersentuh di balapan Belanda 2022 walaupun sebenarnya kepo juga untuk mengetahui bagaimana akhir cerita 26 lap TT Assen jika Aleix Espargaro nggak didorong keluar oleh Fabio Quartararo. Pict David Goldman Via Speedweek Oke, bicara soal Aleix Espargaro, dalam artikel sebelumnya sudah TMCBlog coba tekankan bahwa hanya dengan melihat fakta empiris bagaimana ‘Pak Carik Andorra’ ini melakukan aksi comeback dari posisi 15 sampai akhirnya finish di posisi 4 atau melewati sekitar 10 pembalap di depannya dalam sekitar 20 lap (artinya rata-rata satu orang dilewati dalam setiap dua lap) jelas sudah bahwa Man Of The Race-nya buat TMCBlog adalah Aleix Espargaro, tentu tanpa mengecilkan performa tak tersentuh dari Pecco Bagnaia dan aksi brilian dari Marco Bezzechi. Hitungan kasarnya adalah begini. Di lap ke 4, Aleix Espargaro masih menorehkan laptime 1:33,020 yang lebih cepat 0,004 detik dari Pecco Bagnaia yang saat itu memimpin. Namun di lap kelima ketika insiden yang terjadi di tikungan 5 dan membuahkan hukuman Long Lap Penalty untuk Quartararo di GP Silverstone bulan Agustus nanti, membuat Aleix melambat karena harus masuk gravel sehingga hanya menorehkan laptime 1:41,080 atau lebih lambat dari Pecco yang sat itu menorehkan waktu 1:32,930. Atau kejadian ini membuat Aleix Espargaro kehilangan waktu 8,15 detik. Nah, di akhir balapan Aleix hanya kalah 2,585 detik, artinya Aleix bisa mengikis sekitar 5,56 detik ketertinggalannya dari Pecco selama 20 lap. Ini artinya secara secara rata-rata, Pak Carik Andorra –Aleix Espargaro- berhasil mengurangi jarak rata-rata sebanyak 0,275 detik per lap dari Pecco. Ini tuh sangat impresif. Bagaimana Aleix Espargaro melakukannya? Mari kita lihat data empirisnya via ‘grafik cacing tawuran’ berikut ini; Grafik di atas bisa memperlihatkan bagaimana damage effect dari insiden Aleix – Quartararo dan membuat Aleix kehilangan waktu 8 detik dari Pecco. Grafik diatas yang merupakan grafik zoom Pecco versus Aleix di lap 6 dan seterusnya bisa memperliatkan kepada kita bagaimana mayoritas Aleix nge-push dan selama 16 lap dari total 20 lap pasca insiden, secara umum laptime Aleix berada di bawah atau artinya lebih cepat dari laptime Pecco. So, tanpa memperhitungkan segala kemungkinan lain seperti efek dari kemungkinan terjadinya dog fight antara Pecco – Aleix atau mungkin Aleix – Fabio, jika [bani andai-andainya muncul] tanpa terjadinya insiden di lap ke 5 tersebut, maka ada kemungkinan Aleix Espargaro bisa mengalahkan Pecco Bagnaia di akhir balapan. Namun, patut digaris bawahi semua ini masih ala-ala bani andai-andai. Grafik di atas adalah progres laptime dari top-4 finisher dari Bagania, Bezzechi, Vinales dan Aleix. Ketika lapitme digabungkan kayak gini semakin kelihatan bahwa apa yang dilakukan Aleix Espargaro adalah exceptional !! kami persilakan untuk dikunyah-kunyah deh sob. Taufik of BuitenZorg | @tmcblog The post Analisis Pasca Race MotoGP Assen 2022 . . . Luar Biasanya Effort Aleix Espargaro! appeared first on tmcblog.com.
http://dlvr.it/SSyzBK
http://dlvr.it/SSyzBK