Alberto Puig : Taramasso – Michelin ber-mental tak mau akui kesalahan!

OTOMOTIF PORTAL MEDAN. – Buat Repsol HondaTeam, Grand Prix Indonesia memang penuh dengan kontroversi. Kondisi trek yang lebih tidak nge-grip dibandingkan saat test dan keputusan untuk memasok ban dengan konstruksi 4 tahun lalu oleh Michelin adalah subjek yang menjadi fokus dan sumber masalah bagi tim ini. Hondal-ah yang paling menderita dari konsekuensi pilihan yang dilakukan Michelin ini. TMCBlog masih ingat bagaimana di depan muka kami sendiri, Pol Espargaro beberapa kali kesal dan mengeluhkan ban yang juga pernah jadi solusi oleh Michelin ketika di Buriram 2018. Penderitaan HRC diperparah dengan kecelakaan brutal Marc Márquez saat sesi warm-up yang memiliki side effect kembalinya problem diplopia-nya walaupun berlevel lebih rendah. Team Manager Alberto Puig sudah bicara, Michelin sempat menjawab, dan kali ini Puig pula yang merespon kembali jawaban dari Michelin tersebut. pada kesempatan pertama, Puig meyakinkan bahwa setelah semua yang mereka lalui akhir pekan ini, mereka harus duduk dan berbicara dengan Michelin. Piero Taramasso, yang menanggapi kritik dari mantan pembalap ini dimana sebenarnya secara halus menurut Michelin, Honda yang gagal beradaptasi dengan ban karena hal yang mereka alami tidak terjadi pada motor lain. Via Motorsport, Alberto Puig sekali lagi dengan panjang lebar merespon pabrikan asal Prancis tersebut. “Ya, terus terang, dan menurut pendapat pribadi dan saya sendiri tidak terlalu terkejut [dengan komentar Taramasso] dalam track report terakhir saya, saya hanya menyebutkan bahwa kami harus menganalisis situasi dengan Michelin – itu saja. Dan ketika kami melihat bagaimana reaksi tuan Taramasso ketika diminta oleh media – [menurut kami] itu tidak perlu sama sekali.” “Agak aneh ketika dia mengatakan, dengan cara yang sopan tentu saja, bahwa Honda tidak tahu bagaimana beradaptasi. Honda telah beradaptasi dengan banyak perubahan teknis, termasuk regulasi yang berbeda, ban, ukuran mesin, kelas, dll. Sejak awal seri kejuaraan dunia pada tahun 1966 dan telah menjadi perusahaan terlama dan tersukses dalam sejarah GP dengan 25 kejuaraan konstruktor kelas utama dan 21 kejuaraan dunia pengendara kelas utama.” “Apakah ini berarti kita tidak tahu bagaimana caranya beradaptasi? Oke, ini pertama kalinya saya mendengar ini. Dari pengalaman saya sendiri di balapan, Anda harus berbicara dengan pembalap terlebih dahulu – bukan ke Apple, IBM atau Dell di mana jika Anda melihat malfungsi di komputer Anda. Anda harus mendengarkan para pembalap dan jika Anda memiliki pembalap yang telah menjadi juara dunia, beberapa kali, Anda dapat berasumsi bahwa pembalap ini adalah orang-orang yang tahu apa yang mereka bicarakan.” “Di paddock ini, pabrikan berbicara dengan pabrikan, pengendara berbicara dengan penyelenggara, IRTA berbicara dengan tim dan berkali-kali kami tidak setuju dalam banyak hal.” “Tetapi selalu dalam batas diskusi dan debat di mana kami berkembang dan menemukan solusi yang baik yang memungkinkan kami untuk bergerak maju demi kepentingan semua pihak dan olahraga. Tuan Taramasso ini terlihat memiliki mentalitas yang setiap kali seseorang berbicara langsung tentangnya, bannya, kemudian dia menjadi hipersensitif, lalu tidak mau mengakui kesalahan apa pun dari pihaknya. Dan hal ini menurut sudut pandang saya adalah salah dan hal yang terlalu radikal. Kita semua membuat kesalahan, dia pun juga.” Salah satu keluhan Taramasso berasal dari Puig yang tidak mengikuti tes Februari untuk memahami masalah ban dan mengenai ini Alberto menjawab: “Dalam pemahaman saya  yang disebutkan oleh Taramasso jelas tidak tepat. Buat info aja nih, saya membalap selama bertahun-tahun dan bahkan memiliki beberapa balapan yang sangat bagus di tahun 1990-an, dengan ban Michelin. Jadi, saya sangat memahami apa yang dirasakan dan dibutuhkan seorang pembalap dari sebuah ban ketika mereka membalap dengan mesin yang menghasilkan lebih dari 200 hp. Faktanya, Anda hanya bisa memahami ban balap jika Anda pernah balapan.” “Jika Anda berada di kantor atau di depan komputer, Anda dapat memahami beberapa hal, teori, tetapi Anda tidak pernah dapat memahami kenyataan, seperti bagaimana feeling pembalap saat menggunakan ban slick balap. Ban yang dibawa Michelin untuk GP Indonesia pernah dipakai di Thailand dan Austria beberapa tahun lalu (2017/2018), trek yang straight-nya cukup panjang.” “Mandalika adalah sirkuit yang sama sekali berbeda, ini adalah trek di mana Anda tidak memiliki banyak trek lurus yang panjang dan di mana motornya hampir selalu membawa beberapa sudut miring atau dengan beberapa tikungan. Trek seperti ini membutuhkan grip yang baik, Anda jelas tidak membutuhkan ban yang keras di trek jenis ini.” “Karkas yang lebih tua ini memiliki masalah tersendiri terutama seputar suhu ban (yang lebih lambat panas). Kita dapat melihat bahwa selama akhir pekan Mandalika sebagian besar kecelakaan terjadi di dua lap pertama – masalah yang umum terjadi pada ban 2018 ini dan inilah sebab mengapa Michelin mengembangkan ban baru.” “Selanjutnya, Kami harus mengembangkan mesin MotoGP berdasarkan referensi di ban musim yang baru, jadi ketika Anda mengganti ban tiba-tiba ke ban yang tidak dirancang untuk motor baru, itu sangat memperumit situasi untuk semua tim. Honda bukan satu-satunya pabrikan yang tiba tiba kehilangan kecepatan dan feeling dari pembalap mereka selama akhir pekan di GP Indonesia.” Ketika ditanya apakah highside yang dialami oleh Marc Murni karena ban, Alberto menjawab; “Tidak, sama sekali tidak. Saya tidak pernah mengatakan itu, saya mengatakan bahwa kita harus memahami situasi sepenuhnya dan berbicara dengan Michelin untuk kejelasan dan untuk memahami apa rencananya jika situasi seperti ini terjadi lagi. Tapi lagi-lagi Tuan Taramasso bereaksi berlebihan terhadap kata-kata saya. Saya selalu menganggap Michelin sebagai perusahaan yang sangat maju secara teknis, pemimpin industri dalam pengembangan ban balap untuk mobil dan motor.” “Mereka ahli dalam kompetisi dan telah menghabiskan bertahun-tahun bekerja untuk dan mencapai kesuksesan besar di bidang mereka dan telah menghasilkan bahan yang sangat bagus selama tahun-tahun balap ini. Saya telah terlibat dalam balap selama bertahun-tahun dan dengan ini saya dapat memahami bahwa ketika seorang pengendara jatuh dan tidak ada masalah mekanis yang jelas maka itu adalah kesalahan pengendara.” “Tetapi dalam semua kecelakaan, ada elemen yang berkontribusi terhadap kecelakaan dan ban adalah bagian dari variabelnya. Jika Tuan Taramasso tidak dapat memahami atau menerima ini, maka saya tidak memahami mentalitas atau pendekatannya. Anda tahu, ada banyak orang di paddock ini yang berbicara sepanjang hari, terus-menerus membicarakan segalanya.” “Ini bukan kasus saya, saya tidak banyak bicara, saya hanya berbicara ketika saya diminta untuk berbicara atau ketika saya memiliki sesuatu untuk dikatakan. Situasi di Mandalika adalah kasus seperti itu dan satu-satunya hal yang saya katakan adalah bahwa kami memiliki waktu untuk berbicara secara mendalam dengan Michelin. Itulah intinya. Ada reaksi yang hampir tidak dapat dipercaya untuk ingin lebih memahami situasinya.” “Tuan Taramasso ini harus memahami bahwa jika beberapa pembalap saya memiliki masalah atau keraguan tentang apa pun tentang motor kami, itu adalah tugas saya, tanggung jawab saya, sebagai manajer tim untuk menyelidiki masalah ini dan memberikan solusi kepada pembalap saya. Saya mengerti ini adalah pekerjaan saya, saya melakukannya dengan cara ini dan saya tidak akan berubah.” Yes secara umum Alberto Puig juga sampai akhirnya menilai dari sudut pandangnya mengenai pendekatan dan mentalitas Michelin dan ataupun Piero Tarramaso disebabkan oleh tanggapan Piero yang berlebihan hanya untuk menanggapi satu buah kalimat singkat yakni “Honda merasa perlu untuk berdiskusi dengan Michelin”. Taufik of BuitenZorg | @tmcblog The post Alberto Puig : Taramasso – Michelin ber-mental tak mau akui kesalahan! appeared first on tmcblog.com.
http://dlvr.it/SMXynM
Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak