Usai Jewer Pelatih Biliar, Gubernur Sumut Bikin Aturan Baru Pelatih Olahraga Dilarang Berkumis. Ini Sebabnya

PORTAL MEDAN.  Gubernur Sumatera Utara (Sumut) Edy Rahmayadi kembali mengundang kontroversial.  Pekan lalu, Gubernur Edy jadi sorotan setelah menjewer pelatih biliar Coki Aritonang karena tidak tepuk tangan saat dia memberikan.  Kini Edy kembali bikin aturan baru.  Dia melarang pelatih olahraga di Sumut memanjangkan atau memelihara kumis.  Edy Rahmayadi mengatakan orang yang berkumis identik dengan manusia yang berjiwa tua.  Edy menyampaikannya dalam acara pelantikan Komite Olahraga Rekreasi Masyarakat Indonesia (KORMI) Sumut di Aula Tengku Rizal Nurdin, Jalan Sudirman, Medan pada Rabu (29/12/2021).  "Tak boleh, tak ada pelatih yang berkumis," kata Edy.  Edy meminta agar pelatih tidak berkumis agar tetap berjiwa muda.  "Orang berkumis itu adalah orang orang berjiwa tua. Makanya pelatih tak boleh berkumis. Saya minta maaf yang berkumis itu," tambahnya.  Edy Rahmayadi pun teringat saat Ia memenangkan peperangan, orang-orang yang ikut dalam perang itu berjiwa muda.  Orang berjiwa muda, kata Edy, belum tentu orang yang berusia muda.  "Di tempat kami dulu, di dalam memenangkan pertandingan, kalau kami peperangan, orang orang yang berjiwa muda. Bukan orang muda," tutur Edy.  Pada kesempatan itu, pensiunan TNI jenderal bintang tiga itu menyinggung mengenai sosok pelatih yang seharusnya bisa menjadi contoh bagi para atletnya.  Mantan Ketua Umum PSSI itu pun menceritakan tentang sosok mantan pelatih sepakbola tim nasional, Luis Milla yang ia kenal. Memiliki program yang jelas dalam melatih anak asuhnya.  "Saya dulu, Luis Milla di hotel itu selalu minta kaca siku. Saya kira untuk apa minta kaca siku. Rupanya setiap akan keluar kamar dia selalu melihat kondisi badannya. Kalau badannya mulai kelihatan besar, dia pasti hanya makan salad," ungkap Edy.  Menurut Edy, pelatih lokal pun seharusnya memiliki hal yang sama dengan sosok Luis Milla.  Selain harus menjadi contoh, juga memiliki pengetahuan dan program yang terukur dalam mengurusi atlet.  Edy pun ada menyindir tentang adanya seorang pelatih di Sumut, yang justru tertidur saat ia memberikan motivasi.  "Beda sama pelatih saya, tidur dia saat saya ngomong. Kalau dia bukan pelatih, saya tak apa-apa saat itu. Tapi pas saya tanya, dia pelatih. Kalau lah pelatihnya saja sepeti itu, jadi yang dilatih seperti apa?" ucapnya.  Edy pun menegaskan, setiap pelatih apapun cabang olahraganya harus bisa menunjukkan sikap siap. Agar atlet yang ia latih bakal meniru dan menjalankan program yang telah disusun pelatih.  "Saya pelatih biliar pak, katanya. Mau pelatih guli (kelereng) pun harus siap dia sebagai pelatih," tegasnya.  Untuk itu, ia pun meminta kepada Ketua KONI Sumut, John Ismadi Lubis agar menjadwalkan pertemuan dirinya dengan seluruh pelatih yang ada di Sumut.  "Saya nanti minta sama KONI, bang John. saya mau kumpul dengan semua pelatih," sebut mantan Pangkostrad itu.  Aksi kontroverial Edy Aksi kontroversi Edy itu bukanlah yang pertama.  Sebelumnya, ia beberapa kali pernah menjadi perbincangan lantaran sikapnya dinilai kontroversial.  Dirangkum Tribunnews, berikut ini deretan aksi kontroversi Edy Rahmayadi: 1. Pernah Sebut Pemain Indonesia Tak Punya Jiwa Nasionalisme Saat menjabat sebagai Ketua Umum Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI), Edy Rahmayadi pernah berang karena ada pemain Tanah Air yang bergabung dengan klub Malaysia.  Kala itu, Evan Dimas dan Ilham Udin resmi menandatangani kontrak satu musim bersama Selangor FA.  Keputusan Evan dan Ilham tersebut membuat Edy marah lantaran pensiunan perwira TNI AD ini takut permainan keduanya terbaca pemain Malaysia yang memperkuat timnasnya.  "Siapa mereka? Seenaknya saja mengontrak-ngontrak," kata Edy di Kantor Makostrad, Gambir, Jakarta Pusat, Rabu (6/12/2017) malam, dikutip dari BolaSport.  Tak hanya itu, Edy bahkan menilai Evan dan Ilham tak memiliki jiwa nasionalisme.  Saat itu, beredar kabar Evan dan Ilham lebih memilih hijrah bergabung dengan klub negara tetangga karena mendapat tawaran gaji lebih besar.  "Kalau mata duitan, ya repot juga kita. Gak ada jiwa nasionalisme. Nanti akan saya kumpulkan segera," ujar Edy.  2. Pernah Disebut Menampar Suporter          Pada 2018 silam, Edy pernah dituding menampar seorang suporter PSMS Medan dalam pertandingan melawan Persela Lamongan.  Mengutip Tribunnews, aksi yang dilakukan Edy itu lantaran si suporter menyalakan flare saat pertandingan berlangsung, Jumat (21/9/2018). Namun, saat dikonfirmasi, ia membantah tudingan itu.  Ia mengatakan tidak mungkin jika dirinya melakukan kekerasan terhadap anak kecil.  "Kalau ku bilang nggak, wih Bapak ini nipu. Ku bilang iya, tega kali Bapak ini."  "Memangnya cocok saya nampar anak kecil?" ujar Edy usai silaturahim dengan awak media di Aula Bina Graha Pemprov Sumut, Selasa (25/9/2018), dilansir Kompas.com. Dihubungi terpisah, Sekretaris Umum PSMS Medan, Julius Raja, juga membantah kabar itu.  Menurutnya, Edy hanya meminta suporter tersebut menepi dan tidak menyalakan flare. "Tidak ada penamparan, Pak Edy saat itu menyuruh pinggir, apa karena tangannya menyuruh pinggir begitu namanya penamparan?" katanya.  3. Tersinggung saat Ditanya soal Rangkap Jabatan Pada September 2018 silam, Edy muncul dalam tayangan siaran langsung KompasTV yang membahas soal kematian suporter Persija Jakarta, Haringga Sirila.  Dalam kesempatan itu, Aiman selaku pembawa acara, menyinggung terkait beban tanggung jawab yang dipikul Edy Rahmayadi sebagai Ketua PSSI dan Gubernur Sumatera Utara.  "Apakah Anda merasa terganggu ketika tugas Anda, tanggung jawab Anda sebagai Gubernur dan Ketua PSSI?" tanya Aiman, dikutip dari Tribunnews.  Edy pun menanggapi pertanyaan tersebut dengan terlihat ketus.  "Apa urusan Anda menanyakan itu?" jawab Edy.  "Saya bertanya ke Anda, Pak. Apakah Anda merasa seperti itu? Ini Pertanyannya sederhana, Pak," tegas Aiman.  Meski demikian, Edy Rahmayadi enggan menjawab pertanyaan tersebut.  Edy hanya mengucapkan kata terima kasih ketika Aiman memberikan penjelasan dari pertanyaan tersebut.  "Bukan hak Anda juga untuk bertanya kepada saya," imbuh Edy.  "Wartawan punya hak bertanya apa saja, Pak Edy," papar Aiman.  "Oke, terima kasih. Saya juga punya hak untuk tidak menjawab," tegasnya.  4. Pernyataan soal Media dan Timnas Indonesia Pada kesempatan lain, Edy juga pernah menjadi sorotan media setelah menanggapi soal kegagalan Indonesia melaju ke semifinal Piala AFF 2018.  Dilansir Tribun Jateng, kala itu Edy ditanya apakah PSSI akan melakukan evaluasi terkait kegagalan timnas.  Namun, ia justru mengatakan prestasi timnas akan baik jika wartawan juga baik.  "Wartawannya yang harus baik. Jadi kalau nanti wartawannya baik, timnasnya baik," ujar Edy, Kamis (22/11/2018).  Pernyataan Edy kala itu pun menuai sorotan dari warganet.  Sumber: Tribun Medan/Kompas.com/Tribunnews.com
http://dlvr.it/SGDCYN
Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak